Buku Tamu

Senin, 27 Juni 2011

Curahan hati untuk _Teman2 Pengkonsumsi Rokok_



Teman2 yang saya hormati, disela-sela kesibukan teman2, izinkan saya  mengungkapkan sedikit curahan hati yang sudah lama sekali ingin saya sampaikan khusus kepada teman2 pengkonsumsi rokok di seluruh penjuru negeri  ini *hehe..lebay.comJ*

Saya tau, bagi teman2 semua wacana dan diskusi tentang rokok bukanlah hal baru. Sudah biasa dan sangat sering dibicarakan. Namun dalam note ini saya tidak akan berbicara tentang bahaya rokok, kenapa teman2 merokok, kenapa pabrik rokok semakin menjamur di negeri ini, apalagi memberi himbauan bagi teman2 untuk berhenti merokok. Tidak. Selain karena saya merasa itu bukan kapasitas saya, saya kira bagaimanapun itu adalah bagian dari hak prerogatif teman2. Dia _Yang menciptakan kita_ juga memberikan wewenang kepada diri kita untuk tentukan pilihan dan gaya hidup kita masing-masing.

Namun ada suatu kondisi ketika beberapa diantara teman2, merokok di tempat umum, Seperti di angkot, bus atau kereta api, di halte, di ruang tunggu, dalam barisan antrian, dan banyak sekali tempat – tempat keramaian yang dalam banyak moment teman2 lupa memperhatikan sekeliling, bahwa di sekitar teman2 mungkin ada banyak orang yang rentan sekali dengan asap rokok. Tanpa teman2 perhatikan, ia sangat tersiksa harus menghirup asap yang berasal dari rokok teman2, terlebih lagi ketika itu adalah  asap sisa yang telah teman2 keluarkan melalui alat pernafasan.  Saya ingin memberikan analogi tentang situasi ini, Saya mohon maaf, tapi sungguh, ini sama halnya dengan misalnya teman2 makan permen karet, lalu setelah teman2  selesai dan bermaksud membuangnya, teman2 membuangnya ke mulut orang didepan atau disamping teman2, lalu teman2 paksa orang itu mengunyahnya kembali. Saya yakin kita semua tak akan tega melakukannya.

Yah, di tengah keramaian kita biasanya di dera oleh beberapa kondisi seperti gerah, letih, bosan, atau lapar. Dan bagi sebagian teman2, mungkin rokok adalah salah satu pilihan yang dapat menghilangkan hal-hal tersebut (*ini pengakuan dari beberapa teman). Okey, anggaplah begitu. Tapi coba kita review kondisi ini. Disatu sisi karena kebutuhan, maka teman2 merokok ditengah2 beberapa atau banyak orang, katakanlah dalam angkutan umum. Ditempat yang sama orang2 yang ada disana juga merasa letih, lapar atau sedang dalam kondisi kurang sehat. Dengan merokok teman2 merasa sedikit lebih baik, namun orang2 lainnya yang ada disana, yang mungkin sebagiannya ada yang alergi terhadap asap rokok, ada yang tengah punya masalah dengan paru-parunya, atau ada seorang ibu yang tengah mengandung dan masih banyak kemungkinan2 lainnya kita tidak tau. Betapa tidak adilnya jika disatu sisi teman2 merasa rileks dan nyaman menikmati rokok, tapi disisi lain orang2 disekitar teman2 begitu tersiksa harus menghirup asap rokok sisa….

Mungkin ada diantara mereka yang mampu dengan tegas langsung menyatakan komplainnya, meminta teman2 untuk mematikan rokok, tapi sebagian besar lainnya mungkin merasa segan untuk mengingatkan, takut mendapat respon yang kurang baik atau karena sudah terlalu seringnya menghadapi situasi demikian akhirnya pasrah saja pada kondisi seperti itu, lalu memilih diam meskipun ia sangat-sangat merasa terganggu.

Dalam hal ini, saya sama sekali tidak bermaksud menghakimi atau menyudutkan. Namun saya melihat, dalam banyak kondisi mungkin teman2 terlupa atau kurang peka dalam merasakan situasi ini. Jadi katakanlah ini semacam permohonan kepada teman2 untuk sedikit saja melebihkan tenggang rasa, rasa peka  dan kepedulian kepada orang2 disekitar teman2. Sehingga dengan tenggang rasa itu teman2 akan memiliki kekuatan lebih untuk bisa dan berkenan menahan diri dari merokok di tempat umum.

Pun demikian, ada beberapa diantara teman2 yang meskipun  dia tergolong perokok berat, namun sebisa mungkin ia mau menahan diri untuk tidak merokok di tempat umum, atau di tempat yang ketika itu ia tahu ada orang yang rentan dengan asap rokok. Ada juga yang memilih menjauhkan diri dari  keramaian sesaat untuk  merokok. Ada pula yang ia tidak akan merokok sebelum mendapat izin dari rekan-rekan disekitarnya dengan mengatakan “maaf, bolehkah saya merokok?” jika rekan2nya tak keberatan baru ia merokok, namun jika ada yang keberatan ia akan menahan untuktidak  merokok atau mencari tempat lain dimana tidak ada yang terganggu.

Dan saya sangat salut dengan sikap teman2 yang seperti ini. Dan jika boleh meminta, saya akan sangat berterima kasih jika teman2 yang lain juga berkenan untuk bersikap demikian.
Jika di beberapa Negara lain, pemerintahnya telah berperan membantu para perokok di negrinya dalam menahan diri _dengan menjalankan secara komitmen peraturan larangan merokok di tempat umum_ bahkan ada yang telah menyediakan tempat khusus merokok. Namun meskipun di negeri kita belum demikian, setidaknya mungkin teman2 tetap bisa melakukannya jika sesekali membayangkan bagaimana jika mereka yang terpaksa menghirup asap rokok sisa itu adalah ayah, ibu, adik, istri ataupun anak dari teman2, dimana mereka memiliki masalah dengan asap rokok, dan mereka sangat menderita harus mengalami situasi itu di banyak tempat. Saya percaya teman2 tidak akan tega melakukannya.

Pun demikian jika dengan membayangkan itu bahkan bisa memotivasi teman2 untuk secara perlahan meninggalkan rokok, tentu itu jauh lebih membahagiakan merekaJ

Di akhir, dari lubuk hati terdalam saya mohon maaf jika ada diantara teman2 yang kurang berkenan dengan uraian saya dalam note ini. Ini hanyalah ungkapan hati atau katakanlah semacam permohonan kepada teman-teman demi kenyamanan bersama. Semoga Dia memberikan kita kelapangan hati untuk bisa senantiasa saling menghargai dan menghormati sesama.


Minggu, 19 Juni 2011

Batu Kerikil


Suatu hari seorang pekerja bangunan mendapat bagian pekerjaan di atas gedung. Setelah beberapa waktu diatas ia membutuhkan beberapa perlengkapan yang masih tertinggal dibawah, namun terlalu repot baginya untuk turun kembali dan mengambil perlengkapan tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk menuliskannya di kertas lalu menjatuhkannya kepada teman kerjanya yang dibawah agar temannya tersebut bisa membantu mengirimkan perlengkapan itu ke atas. Sebelum melemparkan kertas pesanan tersebut ia memanggil –manggil temannya untuk memberi tahu bahwa dia meminta sesuatu. Ia pun memanggil temannya itu dengan berteriak. Tapi tak satupun teman yang bisa mendengarnya karena kondisi lokasi kerja yang demikian bising dengan semua aktifitas disana, ia pun kembali berteriak beberapa kali tapi usahanya sia-sia.

Lalu untuk menarik perhatian, ia pun mencoba melempar uang logam ke arah temannya. Dan memang benar, temannya yang melihat uang logam itu seketika menghentikan kerjanya, namun hanya untuk mengambil uang itu saja, kemudian ia melanjutkan kerjanya kembali. Merasa usahanya belum berhasil, pekerja itupun mengulanginya, ia melempar sebuah koin lagi ke arah temannya, tapi respon yang ia dapat ternyata sama.

Setelah berfikir keras, ia pun mendapat ide. Ia mengambil sebuah batu kecil disekitarnya, lalu melemparkannya ke arah temannya itu. Batu kecil itupun tepat mengenai kepala temannya, karena merasa sakit, temannya pun refleks melihat ke atas. Maka tersenyumlah pekerja itu, barulah ia menjatuhkan kertas berisi catatan barang-barang yang  dbutuhkannnya.

------------*****-----------

Teman, cerita sederhana ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. ini menggambarkan keadaan kita dengan Tuhan yang Maha Penyayang. Pada umumnya kita sadar bahwa Hidup kita adalah milik-Nya. Setiap episode kehidupan kita terjadi atas seizin-Nya. Maka pada-Nyalah tempat kita meminta dan mengadukan segalanya. Karena Dia lah muara akhir kehidupan kita ini nanti.

Namun yang terjadi, sering sekali kita terlupa pada hakikat itu. Ketika kita mendapat banyak kebaikan berupa pekerjaan yang mapan, prestasi yang bagus, rizky yang berlimpah, orang-orang yang menyayangi kita, semua itu jarang sekali membuat kita ingat untuk menengadah kepada-Nya dan mengucapkan syukur. Dengan alasan kesibukan, kita sering melalaikan ibadah. Jikapun melakukannya, sering kali seadanya. Shalat di akhir waktu, itupun dalam waktu sekilat mungkin dan kadang tanpa doa. Pun ketika berdoa, hanya redaksional atas doa-doa yang kita hafal sejak kecil, tidak mengungkapkannya dengan sepenuh hati. Yah, terkadang kita menyadarinya tapi selalu memberikan pemakluman dengan alasan sibuk dan letih. Padahal ditengah kesibukan kerja itu juga, tak jarang kita menghabiskan sebagian waktu untuk mengobrol, baca koran atau beraktifitas yang kurang urgent di dunia maya, facebook, twitter, YM dan lainnya. Yang semua itu sering kali kita sebut dengan refreshing untuk mengurangi kepenatan atas beban-beban yang ada.

Semua itu yang sering kita lakukan dalam banyak kemudahan yang kita terima dari-Nya. Maka karena itulah Dia terkadang menjatuhkan kerikil dalam kehidupan kita. Sesekali Ia memberi ujian berupa kesulitan, kehilangan, kegagalan dan hal-hal lain yang dengan itu biasanya memberikan refleks pada hati kita untuk tersentak mengingat-Nya, lalu kita pun mengadu dan memohon pada-Nya. Dan semoga saja ketika kerikil kecil itu diberikan-Nya langsung membuat kita segera mengadu. Karena tak jarang juga sebagian kita yang ketika di beri ujian justru terlarut dalam kesedihan dan mengeluhkan bahwa Dia tak adil. 

Semoga Dia menjaga kita dari sikap demikian. Karena Dia yang Maha Pengampun dan Maha penyayang, tak akan letih utnuk mengingatkan kita, hamba-Nya. jika dengan lemparan kerikil kecil tak cukup untuk membuat kita menengadah pada-Nya, haruskan Ia melemparkan batu besar kepada kita???  Na’udzubillah.

Semoga Dia senantiasa menjaga hati kita. Agar dengan kebaikan-kebaikan yang diberikannya sudah membuat kita mengingat dan bersyukur pada-Nya. amiin.
#Semoga bermanfaat ^_^